Kisah Yuliati dengan Kusta: Melawan Ketakberdayaan Hingga Pemberdayaan
dok.KBR Indonesia |
Penyakit Kusta saat ini masih saja ada yang beranggapan
penyakit kutukan. Bahkan efek lain dari kusta itu sendiri bisa dijauhi oleh masyarakat
bahkan keluarga. Haruskah demikian adanya?
Rasa penasaran akan penyakit kusta akhirnya aku menghadiri
sebuah acara yang diadakan KBR bekerjasama dengan NLR. Acara tersebut bertajuk
Wanita dan Kusta. Acara yang diadakan pada Rabu 30 Agustus 2023 jam 9 hingga
jam 10 WIB itu dilaksanakan secara streaming youtube akun KBR Indonesia pada
laman https://youtube.com/live/kHcfsCVFstc?feature=share.
Acara Wanita dan Kusta itu turut menghadirkan Yuliati
seorang yang pernah menderita penyakit kusta. Acara yang berlangsung selama hamper
sejam itu dipandu oleh Host Rizal Wijaya.
Mas Rizal memulai acara dengan begitu santai dan penuh
atraktif. Mas Rizal menanyakan kepada Mbak Yuliati dengan kisah awal Mbak
Yuliati terjangkit penyakit kusta.
dok.KBR Indonesia |
Mbak Yuliati menjelaskan awal dirinya terjangkit penyakit kusta ini. Berdasarkan pemaparan Mbak Yuliati bahwa ia mendapati tubuhnya terdapat bercak putih seperti panu dan terasa gatal. Mbak Yuliati pun tidak berhenti di situ. Ia pun segera memeriksakan kondisi tubuhnya ke puskesmas. Setelah melakukan sebuah pemeriksaan rutin di sana akhirnya Mbak Yuliati pun menderita penyakit Kusta.
Berdasarkan info bahwa penyakit kusta yang berasal dari
infeksi bakteri Mycobacterium leprae ini memang memiliki beberapa ciri antara
lain yaitu adanya bercak putih seperti panu, ada tonjolan di kulit menebal,
kaku dan kering, muncul bisul yang tidak sakit di telapak kaki, ada benjolan
atau pembengkakan yang tidak sakit di wajah atau daun telinga, bulu mata dan
alis rontok cukup banyak, tangan dan kaki yang terdampak lemas atau mengalami
kelumpuhan otot, saraf di sekitar siku, lutut, samping leher, atau dada
membenkak, gangguan penglihatan jika penyakit menyerang saraf wajah, hidung
tersumbat, gampang mimisan.
Mbak Yuliati setelah mengetahui bahwa dirinya terjangkit
penyakit kusta pada tahun 2011. Mbak Yuliati akhirnya merasa minder. Mbak
Yuliati pun menelusuri penyakit kusta ini kenapa bisa menyerang dirinya.
Setelah ia menelusuri ternyata Mbak Yuliati tertular penyakit kusta itu dari
sepupunya yang telah lebih dahulu menderita penyakit kusta ini. Akhirnya
diketahui bahwa penyakit kusta ini menular karena kontak erat dengan seseorang
yang pernah terjangkit penyakit kusta.
Efek lain dari Mbak Yuliati yang menderita penyakit kusta
saat itu minder. Lebih dari itu, Mbak Yuliati pun pernah ingin bunuh diri.
Ternyata, dukungan beberapa orang terdekat Mbak Yuliati ada yang justru melemahkan
hingga ada yang menguatkan. Sebagai contoh yang melemahkan Mbak Yuliati karena
terjangkit penyakit kusta ini yaitu dari pacarnya. Pacar Mbak Yuliati pun
akhirnya memutuskan hubungan dengan Mbak Yuliati. Efek dari penyakit kusta yang
ada pada tubuh Mbak Yuliati yaitu akhirnya Mbak Yuliati pun berhenti kuliah. Kisah
kelam Mbak Yuliati dari ketakberdayaan.
Namun, dibalik itu, Mbak Yuliati justru semakin terkuatkan
dari keluarga sekitar untuk menjalani pengobatan yang rutin. Mbak Yuliati pun
bertekad untuk sembuh dan meminum obat dan pengobatan secara rutin selama
setahun. Dukungan keluarga hingga pemerintah melalui penyuluh Kesehatan akhirnya
Mbak Yuliati pun berjuang untuk sembuh. Mbak Yuliati pun turut bergabung dengan
Orang Yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK) melalui komunitas PerMata (Perhimpunan
Mandiri kusTa) Sulawesi Selatan.
dok.KBR Indonesia |
Perjuangan Mbak Yuliati untuk melawan kusta ini dengan minum
obat secara rutin. Akhirnya, Mbak Yuliati pun sembuh dari penyakit ini. “Kusta
ini bisa sembuh dengan rutin minum obat,” ujar Mbak Yuliati.
Bergabungnya Mbak Yuliati yang awalnya menderita penyakit
kusta pun tidak terhenti begitu saja. Mbak Yuliati justru berjuang bersama
OYPMK lainnya di PerMaTa cabang Sulsel. Mbak Yuliati pun didaulat sebagai ketua
PerMaTa SulSel untuk bersama-sama memberdayakan OYPMK. “Kami memberdayakan
mereka yang kebanyakan anak-anak muda, baik yang sedang maupun yang pernah
mengalami kusta,” tutur Mbak Yuliati.
Memang kerap didapati bahwa penderita kusta bahkan yang
sudah sembuh dari kusta sekalipun kerap mengalami percaya diri yang rendah.
Mbak Yuliati dan PerMaTa pun berusaha untuk membalikkan stigma tersebut. “Orang
yang mengalami kusta cenderung mengalami self stigma atau tidak mempunyai
kepercayaan diri. Sehingga kami berpikir, bagaimana membantu mereka supaya bisa
percaya diri dengan memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
kapasitasnya,” penjelasan Mbak Yuliati penuh arti.
Jika sudah terjangkit kusta dan sudah menjalani pengobatan
secara rutin akhirnya sembuh. Namun, pandangan masyarakat pun masih negatif terkait
OYPMK. Hal ini pun akhirnya Mbak Yuliati bersama PYPMK lainnya di PerMaTa juga
turut membalikkan pandangan negatif tersebut. Peran serta OYPMK di masyarakat justru
saat ini terlibat langsung dalam kegiatan di masyarakat. “Kami fokus
memberdayakan anak muda di Gowa, dimana anak mud aini membantu kelompok
disabilitas maupun perempuan yang buta huruf, sehingga aktivitas sosial seperti
ini, anak-anak muda tadi mempunyai kepercayaan diri bahwa mereka juga bisa
bermanfaat bagi orang lain ataupun bisa membantu orang lain,” tutur Mbak
Yuliati penuh semangat.
Dengan kegiatan pemberdayaan kepada OYPMK akhirnya
masyarakat pun mulai berubah pandangan negatifnya menjadi positif. OYPMK yang
juga memiliki keahlian untuk berwirausaha juga turut terbantu melalui bantuan usaha
dari PerMaTa. PerMaTa Sulsel itu sendiri merupakan bagian dari perMaTa Nasional
sebagai organisasi nirlaba yang berkecimpung dalam pemberdayaan kusta dan
disabilitas dibawah naungan Netherland Leprosy Relief (NLR) Indonesia. NLR
Indonesia mendorong pemberantasan kusta dan iklusi bagi orang dengan
disabilitas termasuk akibat kusta.
Perjuangan Mbak Yuliati bersama PerMaTa memang patut diacungi
jempol. Kusta bukan hinaan jika ingin berdaya di masyarakat dengan penuh
semangat.
Komentar
Posting Komentar