Generasi Milenial Kok Jadi Petani??? Siapa Takut?!?
dok. Rizki |
Seringkali didapati bahwa generasi milenial saat ini tidak ingin menjadi petani. Generasi milenial lebih memilih menjadi karyawan tertentu, bahkan menjadi kreatif konten tertentu. Namun, hal tersebut terbantahkan saat ada seorang pemuda (generasi milenial) yang berani untuk mengambil peran menjadi petani.
Orang yang dimaksud adalah Rizki Hamdani. Rizki mengambil peran dalam menggerakkan para generasi milenial (khususnya para santri) untuk menjadi petani milenial yang lahir dari santri. Kisah Rizki menjadi sebuah inspirasi dan pemantik bagi generasi saat ini di Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah negara agraris. Sektor pertanian dan peternakan adalah sektor yang fundamental bagi Indonesia. Oleh sebab alasan itu pula, Rizki melakukan sebuah upaya untuk memberdayakan lahan di Indonesia. Rizki pun mengambil langkah untuk memberdayakan para santri untuk maksud dan tujuannya.
Santri Berdaya dengan Bertani
Ternyata kehidupan santri selama ini masih dianggap sebelah mata. Santri masih banyak yang belum berdaya setelah menamatkan Pendidikan dari pesantren. Banyak pula kehidupan santri yang hidup di pesantren lebih memberdayakan untuk bisa hidup menjadi seorang pegawai, atau buruh karyawan. Masih sedikit dari santri yang lebih memilih menjadi seorang petani.
Dengan melihat kondisi yang ada akhirnya Rizki mengubah paradigma yang ada. Santri bisa berdaya dengan Bertani. Hasil pertanian bisa lebih membahagiakan untuk para santri. Rizki pun melakukan upaya agar santri bisa memilih menjadi bertani sebagai profesi yang menjanjikan dengan penghasilan yang baik.
Upaya Rizki diawali dari dirinya yang resign dari pekerjaannya di Jakarta. Rizki pun memilih menetap di kampung istrinya yaitu di Jombang. Dengan adanya paradigma yang kurang baik tentang pertanian dan perikanan, Rizki yang seorang lulusan sarjana kesehatan publik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah mengawali mengembangkan system pertanian terpadu (dikenal dengan IFS sebagai akronim dari Integrated Farming System).
Di awal menetap di Jombang, Rizki memulai dengan budidaya lele tepatnya di tahun 2017. Lalu ada sebagian santri yang tidak sengaja bertemu dan belajar dengan Rizki tentang budidaya yang sama. Lalu lama kelamaan tersebarlah berita santri belajar kepada Rizki terdengar oleh pimpinan pondok pesantren yaitu Kyai Amin. Dengan adanya pertemuan dengan Kyai Amin, akhirnya Rizki menemukan sebuah pola pemberdayaan untuk santri.
Kyai Amin yang memang lebih fokus kepada dunia Pendidikan, ingin agar para santri juga bisa berdaya dengan kehidupan sendiri khususnya berwirausaha dengan pola bertani. Dengan pertemuan dengan Kyai Amin akhirnya Rizki pun mulai mengembangkan upaya berdaya bagi santri. Rizki pun mendirikan Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM). KSTM ini justru menjadi jalan bagi pondok pesantren yang ada di Jombang lebih berdaya dengan teknik pertanian IFS.
Dalam membangkitkan pemberdayaan santri, Rizki memberikan life skill untuk para santri. Rizki menggunakan strategi ‘ngaji tani’. Ngaji tani ini yaitu dilakukan dengan cara santri melakukan ngaji setelah shubuh. Setelah mengaji, santri lalu melakukan usaha berkebun dan beternak. Santri melakukan aktivitas tersebut hingga selesai dan mengambil waktu beristirahat. Setelah kegiatan berkebun dan beternak selesai, santri pun kembali untuk belajar ilmu agama tersebut.
dok. Rizki |
Santri Berwirausaha, Mandiri dalam Kehidupannya
Bukan saja keahlian dalam hal Skill Pertanian, Skill Peternakan, maupun Skill Perikanan, namun para santri juga turut dibekali skill entrepreneur oleh Rizki. Cara unik yang dilakukan Rizki dengan menerapkan skill berwirausaha bagi santri yaitu dengan cara membentuk kelompok-kelompok dari santri. Setiap kelompok santri terdiri dari 20 orang. Dan saat ini telah sampai 40 kelompok santri.
Pada setiap santri akan dibekali modal oleh pemimpin pondok pesantren. Namun, untuk mendapatkan modal usaha tersebut, kelompok santri harus mempresentasikan program usahanya. Setelah dirasa pas, maka pimpinan pondok akan memberikan modal usaha untuk kelompok santri. Modal usaha akan digunakan untuk membeli barang produksi.
Setelah membeli barang produksi dan mengelola usaha pertaniannya, maka akan ada produksi yang diusahakn untuk mendapatkan keuntungannya. Dalam usaha pendistribusian yang akan memotong hasil usaha pun dipangkas oleh Rizki. Rizki memberikan cara kepada santri yang seharusnya menjual hasil panen ke pengepul, kini bisa langsung menjual ke rumah pemotongan. Dengan upaya tersebut membuktikan hasil yang lumayan. Saat ini hasil usaha dari keompok santri bisa menghasilkan hingga 100 juta/bulan. Sebuah hasil yang fantastis.
Hasil usaha yang diperoleh santri akan dilakukan bagi hasil dengan sistem yaitu 35 persen untuk santri, 25 persen untuk Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP), 30 persen untuk investor, dan semaksimalnya 10 persen untuk berinfak. Hasil yang diperoleh tersebut sangat memberdayakan para santri. Hasil 10 persen infak tersebut akan diberikan kepada santri yang memang dirasa kurang mampu secara ekonomi. Hasil ini justru sangat memberikan manfaat bagi sesama manusia.
Usaha dari Rizki ini sangat bermanfaat bagi banyak orang. Upaya dari Rizki juga telah mendapatkan dukungan dari Kementerian Pertanian, Bupati Jombang, hingga bantuan KLHK. Bahkan program yang diinisiasi oleh Rizki juga mendapat program dari Pemprov Jatim dan Gubernur Khofifah yaitu OPOP (One Pesantren One Product).
Tak ayal akhirnya kerja keras Rizki akhirnya mendapatkan sebuah penghargaan dari SATU INDONESIA AWARDS 2020. Penghargaan dari PT. Astra International Tbk ini memang ditujukan untuk para inisiator yang bisa memberikan manfaat untuk banyak orang. Rizki pun turut bersyukur atas usahanya yang bisa berikan manfaat untuk banyak orang. “Saya sangat bersyukur sekali membuat program yang tepat sasaran dan bersyukur sekali membuat program yang memiliki social impact (dampak sosial) yang besar.”
Komentar
Posting Komentar