Cegah HIV/AIDS, Bersinergi Yuks
HIV/AIDS selalu diperingati setiap tanggal 1 Desember.
Dengan sebuah upaya preventif dan kolaboratif bisa memberikan pemahaman agar
terhindar dari adanya HIV/AIDS ini. Saya pun tertarik untuk menyimak sebuah
diskusi dalam webinar yang diadakan oleh Ruang Publik KBR pada Kamis, 16
Desember 2021.
Webinar yang bertajuk Sisi Lain Sejarah Epidemi HIV dan AIDS
di Indonesia ini menghadirkan Asti Septiana. Mbak Asti ini harus pasrah dan
menerima takdir sebagai ODHIV (Orang dengan HIV). Banyak pengalaman dan juga
lika liku kehidupan dari Mbak Asti yang bisa dijadikan contoh dan intisari bagi
yang lain.
Dalam sebuah pemaparan Mbak Asti bahwa dirinya
terkena/tertular HIV dari suaminya. Suami Mbak Asti memang pecandu narkotika.
Narkotika jenis suntik yang mengakibatkan suami Mbak Asti tertular HIV. Dalam
perjalananan kehidupan keluarga pun Mbak Asti berharap suaminya bisa sembuh
dari kecanduan narkotika, namun ternyata kehidupan berkata lain. Mbak Asti pun
ikut tertular dari suaminya tersebut.
Memang, untuk penularan penyakit HIV ini tidak sembarangan.
Ada kasus khusus seperti seks bebas, hingga penggunaan jarum suntik yang tidak
steril. Nah, menurut pengakuan dari Mbak Asti justru dirinya terbebas dari
adanya seks bebas. Mbak Asti sendiri hanya melakukannya bersama suaminya saja,
dan dari hubungan Mbak Asti bersama suaminya tersebut virus HIV menjalar ke
Mbak Asti.
Menurut Mbak Asti stigma negatif pun acap kali diterima dari
lingkungan ke Mbak Asti. Namun, dirinya berusaha tegar dan meyakinkan bahwa
dirinya wanita baik dan terjangkitnya penyakit tersebut dari suaminya. Dengan
upaya yang lebih baik akhirnya lingkungan pun memahami. Mbak Asti pun mencoba
untuk aktif dalam komunitas penanggulangan HIV ini. Karena dengan adanya
komunitas ini bisa menghasilkan sebuah paradigma dan tentu memberikan pemahaman
ke masyarakat agar stigma positif tumbuh untuk dukungan sehat kepada penderita
HIV.
SEJARAH EPIDEMI HIV
Webinar yang berlangsung selama 1 jam tersebut membuat rasa
keingintahuan terkait sejarah epidemi HIV itu sendiri. Dihadirkan Prof. Dr. dr.
Samsuridjal Djauzi untuk memberikan pengetahuan lebih kepada yang menyaksikan
live di youtube KBR. Dalam pemaparan yang ringan dan menarik oleh Prof. Dr. dr
Samsuridjal Djauzi.
Prof. Samsuridjal menjelaskan betapa perkembangan epidemi
ini dari awal masuk ke Indonesia. Disebutkan oleh Prof. Samsuridjal bahwa
Epidemi HIV ini sudah lama masuk ke Indonesia yaitu sekitar tahun 1985. Pada
saat itu memang terjadi pada pelaku homoseksual yang dilakukan pemeriksaan di Rumah
Sakit Islam Jakarta.
Lalu semakin berjalannya waktu hingga tahun 1987, Indonesia
adalah negara ke 13 di Asia yang melaporkan kasus ke World Health Organization
(WHO). Pada saat itu memang yang terjangkit HIV hanya Pekerja Seks Perempuan
serta para pelanggannya. Memang dahsyat penyebaran HIV ini bagi pelaku seks
yang berbahaya.
Perjalanan waktu hingga tahun 1990 HIV ini mulai merambah
pada hubungan heteroseksual, seks beresiko, dan juga kepada homoseksual itu
sendiri. Sekitar 82,9% pelaku seks berusia 15 sampai 49 tahun terjangkit HIV.
Perjalanan berikutnya dari HIV ini yaitu tahun 1997 hingga
2006. Di tahun 2006 itu sendiri jumlah penderita ODHA yaitu mencapai 13.424
kasus. Dengan jumlah kasus tersebut ternyata kasus yang meninggal 1871 orang.
Dengan banyaknya kasus dan hasil penelitian akhirnya di
tahun 2005 WHO memiliki obat. Dengan Indonesia juga memiliki penelitian yang
juga menghasilkan obat untuk penderita HIV. Karena hanya ada $1000 maka obat generik
yang tersedia di Indonesia juga terbatas. Tentu saja, obat yang disediakan
untuk penderita HIV ini gratis dan tidak perlu berbayar. Dan yang terpenting
yaitu terus konsisten dalam meminum obat bagi penderita HIV.
Kolaborasi dan Stigma Positif untuk ODHIV
Dengan sebuah gerakan bersama, tentu penderita HIV bisa
sembuh. Stigma positif dari masyarakat sangat memberikan efek baik bagi
penderita HIV itu sendiri. Dukungan dari masyarakat sangat membantu
penanggulangan HIV itu sendiri. Perilaku yang baik juga memberikan dampak yang
baik untuk bisa mencegah dari adanya terjangkit HIV ini.
Lebih baik mencegah dibanding harus mengobati. Dengan
pengobatan seumur hidup maka bagi para penderita HIV ini tidak boleh
terlupakan. Jika bisa sehat dan kembali ceria akan memberikan efek terbaik bagi
Indonesia itu sendiri.
Komentar
Posting Komentar