Kenangan bersama Bekraf
Sebuah kenangan memang indah bila bisa dikelola dengan baik. Namun, sangat sulit. Mengapa harus ada perpisahan jika tak ada pertemuan terjadi. Begitulah proses kehidupan.
Kenanganku dengn sebuah lembaga ini terjadi hari ini. Lembaga ini sudah kukenal sekedar nama saja sudah lama, namun aku baru berkecimpung dan mengetahui program yang ada di tahun 2019 ini. Bekraf sebuah lembaga pemerintahan yang menangani tentang kegiatan fitur perekonomian kreatif.
Ya, lembaga ini akan hilang pada pemerintahan berikutnya di era pak Jokowi-Amin menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024. Resmi lembaga ini hilang sejak diumumkan pada Rabu, 22 Oktober 2019. Lebih tepatnya lembaga ini kembali menyatu dengan pariwisata, yaitu menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan menteri yang duduk menjabat amanah ini yaitu Baak Wishnutama.
Memang perubahan nama di era pemerintahan di Indonesia sering terjadi. Dan kebijakan pun akan berubah sesuai dengan pimpinan yang terbaru. Dan ini sebuah hal yang lumrah dan biasa bagi negeri Indonesia.
Aku ingin mengenang aktivitasku bersama bekraf dalam sebuah kegiatan bernama writerpreneur melalui workshop yang diadakan oleh bekraf di akhir bulan Juli 2019. Dari kegiatan yang berlangsung selama empat hari, aku dan peserta lain digembleng dan dibina dengan yang tidak biasa. Belajar tentang sebuah proses pembuatan buku hingga kepada lahirnya sebuah buku yang bernilai jual.
Dalam Workshop Writerpreneur Accelerate tersebut, peserta sudah masuk ke dalam kelompok untuk membuat buku. Aku bersama kelompok Sigma Gita pun menciptakan buku berjudul Suatu Hari Bersama Pak Senen. Penasaran??? Kepoin deh medsosnya. Eitsss, intinya aku bukan sekedar mencipta buku bersama WWA ini dan Bekraf selaku lembaga yang mengadakan.
Setelah acara WWA selesai, berjibaku kegiatan promo diantaranya IIBF hingga kepada Bekraf Festival. Ada satu momen berharga dan jadi kenangan indah yaitu peluncuran buku di Perpusnas.
IIBF memantik pula kegiatan peluncuran buku. Di IIBF yang juga difasilitasi oleh Bekraf, aku menjadi pembicara untuk promo buku juga tentunya.
Lanjut ke acara Akatara, sebuah kegiatan yang juga dinaungi oleh Bekraf dengan produk sebuah film. Nah, di sini melalui bimbingan dari Mbak Kirana Kejora, akhirnya buku berjuduk Suatu Hari Bersama Pak Senen mencoba masuk ke dalam ranah film. Dengan wadah kegiatan yaitu pitching film di VIU. Pada sesi ini aku memaparkan buku agar bisa difilmkan dn bergandeng tangan dengan VIU. Semoga naskahku lolos ya untuk difilmkan di VIU. Nah, kegiatan bernama akatara ini ternyata oke banget deh untuk diikuti.
Nah, lanjut book launch di perpusnas dengan hal yang tidak biasa. Aku dan alumni WWA yang menamakan diri sebagai Elang Gunung akhirnya memproklamirkan diri sebagai Elang Tempur. Elang Gunung sebutan untuk alumni WWA di Bogor, sedangkan Elang Tempur adalah sebutan untuk alumni WWA yang terlaksana di Bogor, Medan, dan Surabaya.
Lanjut, ke yang terakhir yaitu Bekraf Festival 2019 di Solo. Kalau bukan kegiatan ini, aku takkan mau untuk beergian untuk menjadi seorang backpacker. Namun, aku tertantang hingga aku berada di Solo pada 4-6 Oktober 2019. Backpacker yang perdana dan memantikku untuk bisa terulang ke daerah lain. Okeh, kembali ke cerita di Bekraf Festival. Di Bekraf Festival ternyata ada banyak ekonomi kreatif yang unik dan anti-mainstream dari hasil karya anak bangsa. Bekraf Festival memang sebuah kegiatan anti mainstream dari pelaku ekonomi kreatif. Sebut saja, saah satunya yaitu Writerpreneur, cie ile... Adalagi Akatara yang memberikan ruang untuk ekonomi kreatif ke film. Lain lagi dengan ekonomi kreatif lainnya dengan produksi game. Bahkan ada juga dengan pemasaran hasil Sumber Daya Alam Indonesia untuk bisa bernilai jual, salah satunya dengan adanya pengolahan kopi hingga kulineran dengan tataran yang tidak bisa dalam promonya.
Sedih jika harus melepas Bekraf. Namun, sesuai filosofi dari Elang bahwa tidak ada kata menyerah untuk melaju untuk menjadi setegar karang dan sebuah kesuksesan akan tercipta dengan perjuangan. Begitulah yang kupahami dengan tergabungnya aku dalam Elang Tempur.
Meski Bekraf harus menjadi lembaga yang bergabung dengan kepariwisataan kembali. Namun, aku berharap blue print dari Bekraf yang kece badai bisa diteruskan kembali masuk dalam program di Kemenparekraf tersebut.
Begitulah kenangan indah bersama Bekraf. Semanis kenangan untuk terus maju menjadi Indonesia yang diakui oleh dunia internasional.
Mudah-mudahan di masa pemerintahan yang baru, semakin banyak program kreatif yang juga bagus seperti bekraf ini ya.
BalasHapusKegiatannya keren banget, masih akan ada lagikah kegiatan serupa walau bekraf sudah tidak ada? mau dong ikutan :)
BalasHapus