Film Mimpi Anak Pulau, Film Biografi Inspiratif dengan balutan Budaya
Film Mimpi Anak Pulau (MAP) adalah sebuah film berdasarkan
kisah nyata dari tokoh di kepulauan Batam. Jika sebelumnya terdapat film
inspiratif Laskar Pelangi (LP) dengan raihan penonton sebesar 4,2 juta
penonton, kini film dengan alur dan kisah yang mirip tampil di bioskop mulai
pada tanggal 18 Agustus 2016 bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia.
Perbedaan mendasar antara LP dengan MAP yang disutradari
oleh Kiki Nuriswan yaitu pada penampilan sisi budaya yang ditampilkan. Jika
pada LP menampilkan pada sisi Belitong dan keindahannya, MAP dengan Batam juga
dengan keelokan alamnya. Namun, dari sisi cerita pun berbeda terutama dalam hal
sisi perjuangan pada MAP.
MAP yang merupakan film biografi dari tokoh di pulau Batam
yaitu Gani Lasa yang harus berjuang untuk mengenyam pendidikan. Gani Lasa (diperankanDaffa
Permana) hidup nelangsa dengan ibu – Rabiah (dipernkan oleh Ananda Lotoh) yang
hanya bekerja sebagai pedagang kue keliling. Pada kehidupan Gani Lasa dalam
film MAP ini ayahnya dikabarkan meninggal dunia. Namun, pada beberapa scene
tetap menampilkan sosok ayah Gani Lasa (diperankan oleh Ray Sahetapy) yang
bijaksana dan memberikan inspirasi kepada sang anak.
Kekuatan peran Ray Sahetapy begitu mumpuni untuk membawa
adegan demi adegan semakin hidup. Peran Ananda Lontoh yang juga masih memiliki
kekurangan dalam penggunaan dialek bahasa Melayu yang merupakan bahasa
sehari-hari di Batam. "Kalau ada yang kurang saya minta maaf, tapi saya
sudah berusaha semaksimal mungkin," ujar Ananda.Meskipun banyak
kekurangan, namun upaya maksimal dalam pengenalan budaya Batam melalui bahasa
sehari-hari begitu tampil apa adanya versi Ananda Lontoh. "Pelatihnya
selalu ada di lokasi. Kalau saya nggak bisa, saya rekam suara dia, terus saya
dengarkan dan tiru. Pokoknya aku gandeng terus pelatih dialeknya, nempel terus
kayak amplop dan perangko," lanjutnya. Peran dan dukungan dari kru film
juga diwujudkan dalam peran yang dimainkan oleh Ananda Lontoh. "Alhamdulilah
ada pelatihnyanya. Sutradara dan tim produksi juga sangat membantu,"
pungkas istri dari Attar Syah.
Selain Ananda Lontoh yang baru pertama kali bermain di layar
lebar, Daffa Permana juga mengalami hal yang sama. Adegan yang unik
diperlihatkan pada scene saat gani Lasa kecil mendengar pidato presiden
Soekarno saat hari pahlawan 10 November 1961 yang fenomenal ‘Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan
kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan
dunia’.
Memang film inspiratif tentang kehidupan Gani Lasa yang
merupakan sarjana pertama pulau batam ini sangat fenomenal. Bahkan, Gani Lasa
yang sebenarnya berharap film ini dapat memberikan inspirasi bukan saja untuk
orang tua yang hidup di perkotaan, namun juga diperuntukkan kepada orang tua di
pedesaan untuk terus memotivasi anak-anaknya untuk menjadi orang yang sukses. From nothing to something.
[Sae]
Judul : Mimpi Anak Pulau
Genre : Biography-Drama
Sutradara : Kiki Nuriswan
Penulis Novel : Abidah El-Khalieqy
Poduser : Muhammad Juanda
Rumah Produksi : Nadine Batam Production, Studiopro 1226
Tanggal Rilis : 18 Agustus 2016 (Indonesia)
Pemain :
Ray Sahetapy
Ananda Lontoh
Herdin Hidayat
Dato Ahmad Tamimi
Daffa Permana
Mardiana Alwi
[Sae]
Trailer
Judul : Mimpi Anak Pulau
Genre : Biography-Drama
Sutradara : Kiki Nuriswan
Penulis Novel : Abidah El-Khalieqy
Poduser : Muhammad Juanda
Rumah Produksi : Nadine Batam Production, Studiopro 1226
Tanggal Rilis : 18 Agustus 2016 (Indonesia)
Pemain :
Ray Sahetapy
Ananda Lontoh
Herdin Hidayat
Dato Ahmad Tamimi
Daffa Permana
Mardiana Alwi
Film Winter in Tokyo
yang mulai ditayangkan di bioskop pada 11 Agustus 2016 nanti, memberikan
nuansa perfilman Indonesia menjadi menarik. Film dengan genre drama
romantis dan diperuntukkan bagi semua kalangan ini sungguh menarik untuk
pembelajaran edutaintment terutama dalam penggunaan bahasa baku
Indonesia. Fajar Bustomi selaku Sutradara Winter in Tokyo mengamini hal
tersebut. “Ya, akhirnya saya bisa menggunakan ilmu saya dari SD hingga
SMA untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar, secara EYD,” ucap
Fajar saat konferensi pers di Blitzmegaplex (1/8). Fajar melanjutkan
bahwa awalnya ketidaksengajaan dalam penggunaan bahasa baku dalam film.
“Saat saya mencoba agar seluruh cast menggunakan bahasa baku, eh mereka
pada enjoy dan enak juga didengar. Akhirnya yaudah pakai bahasa baku
deh.”
Sementara itu, aktor kawakan Ferry Salim yang berperan sebagai pamannya
Kazuto mengamini bahwa dirinya menjadi latahuntuk berbahasa baku dalam
film Winter in Tokyo. “Saat sebelum keberangkatan syuting ke Tokyo, saya
membaca sinopsis bahwa film ini bilingual Indonesia Jepang, otomatis
berbahasa baku dengan sendirinya saat pengambilan gambar,” tutur Ferry.
Film ini memang terasa kental sekali penggunaan bahasa baku. Selama ini
para guru (termasuk saya yang berprofesi sebagai guru) sulit untuk
membudayakan bahasa baku dalam kehidupan sehari-hari, justru dalam
Winter in Tokyo (WIT) ditunjukkan penggunaan bahasa baku yang mengalir
dan dinikmati oleh para pemain WIT. Inilah keunikan yang saya rasakan,
meskipun bertema percintaan namun film ini justru mengedukasi secara
langsung untuk membudayakan berbahasa Indonesia.
Bukan saja menggunakan bahasa Indonesia yang baku, namun WIT yang
mengambil setting di Tokyo juga menggunakan bahasa Jepang yang baku.
Semua bahasa baku yang ada baik Indonesia maupun Jepang terasa nikmat
untuk didengar.
WIT diceritakan tentang kisah Keiko (Pamela Bowie) seorang petugas
perpustakaan sekolah yang memiliki teman apartemen yang baru, Kazuto
(Dion Wiyoko). Kazuto kembali ke Tokyo untuk menghilangkan perasaan
kepada kekasihnya Yuri (Kimberly Ryder) yang ternyata akan menikah
dengan pria lain. Diam-diam kazuto memiliki perasaan kepada Keiko, namun
Keiko ternyata masih menyimpan rasa terhadap cinta pertamanya kepada
Akira (Morgan Oey) sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Namun saat
bertemu dengan Kazuto, rasa senang dan suka terhadap Kazuto mulai muncul
di hati Keiko.
Kisah Keiko yang mencari arti cinta kepada lawan jenis ditunjang oleh
akting menarik Haruka (Gigi-eks cherybelle) sebagai sahabat Keiko.
Selain Haruka juga ada Sato (Brandon Salim) yang menjadikan persahabat
semakin erat antara Keiko-Haruka-Sato.
Pesan persahabatan yang ingin ditampilkan dalam WIT juga mengundang
kepada remaja dan yang menonton betapa persahabatan itu sungguh indah.
Selain persahabatan, pesan cinta juga ditunjukkan dengan menarik tanpa
ada adegan ciuman seperti halnya dalam film AADC yang menampilkan
kevulgaran berciuman.
Keiko yang mulai memiliki rasa cinta kepada Kazuto, tiba-tiba Akira
muncul dan hadir di tengah kehidupan Keiko dan Kazuto. Kazuto merasa
harus mendukung cinta Akira kepada Keiko, sebaliknya Keiko juga
mendukung cinta Yuri kepada Kazuto. Sebuah makna cinta semakin
terbiaskan dan begitu mendalam penuh perasaan. ‘Cinta harus dirasakan
bukan dimengerti.’
Saya selaku penikmat film Indonesia, WIT yang diadaptasi dari novel yang
berjudul sama ini memiliki kesan tersendiri untuk ditonton. Bukan saja
kepiawaian aktingnya meski pemain harus berhadapan dengan musim salju
yang menunjang saat di Tokyo, namun juga kecerdasan pemain yang begitu
alami baik dari gestur tubuh hingga kepada bahasa yang digunakan. “Saat
syuting dengan kondisi hujan dan juga suhu mencapai 4 derajat celcius.
Ini tantangan syuting,” ulas Dion yang juga diamini oleh Brandon,
Morgan, Pamela, Gigi, dan Kimberly.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza/penggunaan-bahasa-baku-dalam-film-winter-in-tokyo_57a0068a20afbdb00a7c91b1
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza/penggunaan-bahasa-baku-dalam-film-winter-in-tokyo_57a0068a20afbdb00a7c91b1
makasih infonya gan bermanfaat bgt, kebetulan ane lagi cari film biografi terbaik
BalasHapus